Rabu, 04 April 2012

RESUME PENDEKATAN UMUM SERTA STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH


PENDEKATAN UMUM SERTA STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
Kembali mengulas sedikit mengenai bimbingan, bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu (dalam hal ini) bertujuan agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan secara optimal dengan jalan memahami diri, lingkungan dan mengatasi hadapan yang dihadapi oleh individu tersebut.
A.    Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah berarti persoalan yang harus diselesaikan. Masalah yang menimpa seseorang jika tidak segera dicari atau diselesaikan maka masalah tersebut akan berkembang dan hal ini berimplikasi terhadap kehidupannya dan orang lain. Menurut Prayitno (1985) ciri-ciri masalah adalah :
1.      Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya
2.      Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain
3.      Ingin atau perlu dihilangkan
Kesimpulannya  ciri-ciri yang menjadikan suatu hal dikatakan masalah jika :
1.      Masalah muncul karena adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan
2.      Perbedaan yang mencolok antara harapan dan kenyataan akan mengakibatkan masalah semakin berat
3.      Setiap masalah yang muncul pada setiap individu tidak pernah diharapkan oleh setiap individu ataupun lingkungan disekelilingnya
4.      Masalah dapat menima siapa saja dan kapan saja yang dapat terjadi baik pada individu ataupun kelompok
B.     Jenis-Jenis Masalah Siswa di Sekolah
1.      Masalah Emosi
Akibat adanya perubahan fisik dan kelenjar, emosi sangat kuat dan susah terkendali dan kadang-kadang tidak irasional. Contohnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya seiring tidak terkontrol. Keadaan tersebut menimbulkan permasalahan pada siswa.
2.      Masalah Penyesuaian  Diri
Dalam hal ini perilaku teman sanagt berpengaruh terhadap perkembangan individu. Seperti sikap, minat dan gaya hidup. Yang menjadi masalah adalh ketika mereka bergaul dengan lingkungan atau teman-teman yang kurang baik, karena jika mereka tidan menyesuaikan diri dengan baik maka mereka akan terperangkap pergaulan bebas. Dan kebanyakn siswa tidak terlalu memperdulikan akibat dari apa yang menjadi pilihannya, karena kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompoknya jauh lebih penting.
3.      Masalah Perilaku Seksual
Pada nasa ini siswa menengah mulai tertarik pada lawan jenis dan dikuti oleh keinginan kuat untuk memperoleh keinginan dan perhatian dari lawan jenis akibatnya  nafsu seksnya tinggi. Seharusnya mereka mendapatkan pendidikan seks dari orang tua, tapi kenyantaanya mereka mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang kurang baik. Misalnya adalah perilaku seks bercumbu, masturbasi, bersenggama. Dimana jika hal ini mereka lakukan dengan tidak menggunakan alat pengaman maka akan menimbulkan kehamilan.
4.      Masalah perilaku social
Adanya latar belakang ras, agama, status social, tingkat ekonomi dapat melahirkan kelompok-kelompok yang pemnebtukannya sesuai kesamaan yang mereka miliki. Hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan dan persaingan dalam hal yang kurang sehat.
5.      Masalah moral
Siswa-siswa yang berada pada tahap remaja masil labil, dan pada umumnya belum bisa membedakan mana yanh baik dan yang buruk untuk dirinya. Hal ini diakibatkan karena tidak menemukan konsep yang benar dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Masalah keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umumpertentangan keluarga pada masa remaja : standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang kritis pada remaja dan masalah palang pintu.
Masalah palang pintu adalah  peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang, teman bergaul, teman lawan jenis yang ada criteria menurut keluarga.
C.    Pendekatan Umum Bimbingan dan Konseling dalam menangai Masalah-Masalah Siswa
Dari jenis-jenis masalah siswa di atas, tergambar bahwa siswa-siswa bermasalah menunjukan penyimpangan perilaku. Oleh karena itu ada dua macam pendekatan dalam menangani siswa yang bermasalah. (1) pendekatan disiplin; (2)pendekatan Bimbingan dan Konseling.
Pendekatan Displin merujuk pada tata tertib dan aturan sekolah, penegakan sanksi terhadap penyimpangan perilaku yang terjadi pada siswa perlu dilakukan untuk mencegah penyimpangan-penyimpanagan yang akan terus terjadi. Namun perlu diingat bahwa sekolah bukanlah lembaga hukum.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan Bimbingan dan Konseling, berbeda dengan pendekatan sanksi yang diberikan kepada sisea sebagai akibat untuk efek jera, dalam bimbingan dan konesling justru lebih mengutamakan pemberian bantuan, upaya, penyembuhan terhadap maslah-masalah yang sedang dihadapi siswa.
Pendekatan Bimbingan Konseling tidak sedikitpun melakukan sanksi apapun tetapi lebih menekankan kepada kualitas hubungan antara konselor dan konseli (siswa). Sehingga sedikit demi sedikit siswa bisa menerima, lebih terbuka dan tecapainya peneysuaian diri antara dirinya dan konselor.
Contoh pendekatan Bimbingan dan Konseling dalam menghadapi siswa bermaslaah adalah seperti ilustrasi sebagai berikut :
Contoh di suatu Sekolah terdapat seorang siswi yang hamil, jika merujuk pada pendekatan disiplin maka siswi tersebut akan dikeluarkan dari sekolah, namun dengan Bimbingan dan Konseling , diharapkan siswi tersebut dapat tumbuh pemikiran yang positif terhadap maslaah yang menimpanya. Misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, dan keinginan untuk tidak menggurkan kandungannya karena dapat membunuh janin yang tidak berdosa dan membahayakan dirinya senidri. Meskipun keputusan sekolah siswa tersebut harus keluar dari sekolah.
Bimbingan dan Konseling (Guru BK/Konselor) tidak mendorong atau memaksa siswai tersebut untuk keluar dari sekolah, persoalan mengeluarkan sisw adalah wewenang kepala sekolah, Guru BK hanyalah membantu agar siswa tersebut memperoleh kebahagiaan dalam hidpunya. Dan tidak setiap siswa bermasalah harus di atasi oleh Guru BK/Konselor. Hal ini seperti yang terdapat dalam bagan yang dikemukakan oleh  Sofyan S. Wills (2004), seperti sebagai berikut :
Masalah  Siswa : a. Maslaah Ringan   (semua guru atau wali kelas)
                           b. Masalah Sedang (Guru BK/konselor)
                           c. Masalah Berat (Alih tangan kasus)
 1.      Masalah (kasus) ringan, seperti : membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh  wali kelas dan  guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2.      Masalah (kasus) sedang, seperti : gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru pembimbing (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
         3.        Masalah (kasus) berat, seperti :   gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika,     
           pelaku kriminalitas, peserta didik hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau    
           senjata api.  Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter,  
            polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu  dilakukan kegiatan konferensi kasus.  
A.    Strategi Bimbingan dan Konseling
Strategi Bimbingan dan Konseling terbagi menjadi dua, Strategi Bimbingan yang mencakup Layanan Dasar, Layanan Perencanaan Individual dan Dukungan sistem sedangkan Strategi Konseling mencakup Layanan Responsif.
Dan strategi yang digunakan dalam membantu permasalahan siswa adalah layanan Responsif. Layanan Responsif adalah Pemberian bantuan kepada peserta didik yang sedang menghadapi persoalan dan membutuhkan bantuan dengan segera.
Dengan tujuan menunjukan kepedulian konselor kepada peserta didik berkenaan dengan masalah-masalah social-pribadi, karier, pendidikan dengan memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan persoalan yang dihadpinya.
Layanan ini bisa dilakukan dengan menggunakan strategi Konseling Individual, Konseling kelompok, konsultasi dan referral (rujukan).sedangkan isi layanan ini meliputi karir, pendidikan, social dan pribadi seperti penjelasan sebelumnya mengenai masala-masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah.
untuk layanan konseling perorangan perlu mendapat perhatian lebih. Karena layanan ini   merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling. Dalam prakteknya,  memang  strategi layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu mengedepankan layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh karena itu, guru maupun konselor seharusnya  dapat menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan  kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Adapaun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam Konselling adalah sebagai berikut :
perubahan dan tindakan).
1.      Tahapan Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
a.       Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport).
Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
b.      Memperjelas dan mendefinisikan masalah
Dalam hal ini jika hubungan antara konselor dan konseli sudah terjalin maka konselor dapat memerjelas maslaah yang konseli hadapi.
c.       Membuat penaksiran dan perjajagan
Setelah konselor mengetahui permasalahan, maka langkah selanjutnya adalah menaksir kemungkinan masalah dan upaya penyelesayan yang akan dilakukan dengan membangkitkan semua potensi konseli yang sesuai dengan antisipasi maslah.
d.      Menegosiasikan kontrak
Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi :
1)      Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan
2)      Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan konseli
3)      Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
2.      Tahap Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik,  proses konseling  selanjutnya  adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
a.       Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Penjelajahan dilakukan agar konseli berpikir untuk alternative  dalam menghadapi maslahnya. Selanjutnya konselor dan konseli bersama-sama meninjau permasalahn yang sedang dihadapi.
b.      Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
1)      Konseli merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
2)      Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat  menunjukkan pribadi yang  jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
c.       Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun konseli.
3.      Tahap Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a.       Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling
b.      Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari  proses konseling sebelumnya.
c.       Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
d.      Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ;
a.       Menurunnya kecemasan konseli
b.      Perubahan perilaku konselli ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c.       Pemahaman baru dari konseli tentang masalah yang dihadapinya.
d.      Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.

Dengan merujuk pada penjelasan di atas, tampak bahwa penangana siswa yang memiliki permaslahan atau siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak hanya menjadi tanggung jawab Guru BK/Konselor  di Sekolah, tetapi melibatkan pula pihak lain untuk bersama-sama membatu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal

Sumber :
_____ Kusmawati, N. dan Sukardi, D. K. (2008 ). Proses Bimbingan Dan Konseling Di  
 Sekolah. Jakarta : Ahdi Mahasatya.
______ Bangsawan. (2010). Jenis-Jenis Masalah Siswa di Sekolah Menengah. [online]. http://kucingbangsawan.blogspot.com [April 2012]
______ Endriani, Ani. (2011). Strategi Bimbingan dan Konseling. [online]. http://aniendriani.blogspot.com [April 2012]
______ Inu. (2011).  Penanganan Masalah Siswa di Sekolah. [online]. http://thejogjamaika.blogspot.com  [April 2012
______ Sudrajat, Akhmad. (2008). Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah. [online]. http://akhmadsudrajat.wordpress.com [April 2012]

_____Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling.

 

[online]. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [Maret 2012]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar